Pages

OPERASI AKUISISI DATA CITRA

Pendeteksian Tepi ( Edge Detection )

Deteksi Tepi

Prinsip-Prinsip Deteksi Tepi
pada suatu citra adalah suatu proses yang menghasilkan tepi-tepi dari obyek-obyek citra, tujuannya adalah :

• Untuk menandai bagian yang menjadi detail citra
• Untuk memperbaiki detail dari citra yang kabur, yang terjadi karena error
atau adanya efek dari proses akuisisi citra
Suatu titik (x,y) dikatakan sebagai tepi dari suatu citra bila titik tersebut mempunyai perbedaan yang tinggi dengan tetangganya.

Contoh:
Diketahui fungsi citra f(x,y) sebagai berikut:
1 1 1 1 1
1 1 1 1 0
1 1 1 0 0
1 1 0 0 0
1 0 0 0 0
Dengan menggunakan filter :

Maka Hasil filter adalah :
0 0 0 0 1
0 0 0 1 0
0 0 1 0 0
0 1 0 0 0
1 0 0 0 0

Untuk mencoba perhitungan di atas dapat dilakukan dengan cara manual menggunakan
perhitungan konvolusi yang telah dibahas pada bab 5, atau dengan memanfaatkan
program konvolusi.
Macam-macam metode untuk proses deteksi tepi ini, antara lain:
1. Metode Robert
2. Metode Prewitt
3. Metode Sobel
Metode yang banyak digunakan untuk proses deteksi tepi adalah metode Robert, Prewitt
dan Sobel, Gonzalez[1].

Metode Robert

Metode Robert adalah nama lain dari teknik differensial yang dikembangkan di
atas, yaitu differensial pada arah horisontal dan differensial pada arah vertikal, dengan
ditambahkan proses konversi biner setelah dilakukan differensial. Teknik konversi biner
yang disarankan adalah konversi biner dengan meratakan distribusi warna hitam dan
putih [5], seperti telah dibahas pada bab 3. Metode Robert ini juga disamakan dengan
teknik DPCM (Differential Pulse Code Modulation)
Kernel filter yang digunakan dalam metode Robert ini adalah:

Metode Prewitt
Metode Prewitt merupakan pengembangan metode robert dengan menggunakan
filter HPF yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini mengambil prinsip dari
fungsi laplacian yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan HPF.

Metode Sobel
Metode Sobel merupakan pengembangan metode robert dengan menggunakan filter
HPF yang diberi satu angka nol penyangga. Metode ini mengambil prinsip dari fungsi
laplacian dan gaussian yang dikenal sebagai fungsi untuk membangkitkan HPF.
Kelebihan dari metode sobel ini adalah kemampuan untuk mengurangi noise sebelum
melakukan perhitungan deteksi tepi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

PENGENALAN CITRA OBJEK SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN SOM

Jaringan saraf tiruan Self Organizing Maps (SOM) atau disebut juga dengan jaringan Kohonen telah banyak dimanfaatkan untuk pengenalan pola baik berupa citra, suara, dan lain-lain [1,2]. Jaringan SOM sering pula digunakan untuk ekstraksi ciri (feature) pada proses awal pengenalan pola. Ia mampu mereduksi dimensi input pola ke jumlah yang lebih sedikit sehingga pemrosesan komputer menjadi lebih hemat.

GAMBAR 1

STRUKTUR JARINGAN SARAF TIRUAN KOHONEN

Prinsip kerja dari algoritma SOM adalah pengurangan node-node tetangganya (neighbor), sehingga pada akhirnya hanya ada satu node output yang terpilih (winner node). Pertama kali yang dilakukan adalah melakukan inisialisasi bobot untuk tiap-tiap node dengan nilai random. Setelah diberikan bobot random, maka jaringan diberi input sejumlah dimensi node/neuron input (10x10). Setelah input diterima jaringan, maka jaringan mulai melakukan perhitungan jarak vektor yang didapatkan dengan menjumlah selisih/jarak antara vektor input dengan vektor bobot.

Pada metode ini hasil pengenalan pola/citra ada pada bobot-bobot yang terdapat pada node winner output. Dibandingkan dengan bobot-bobot yang lain, bobot pada winner output ini paling mendekati dengan pola yang dilatihkan pada jaringan. Pada proses pelatihan bobot pada winner output beserta dengan tetangganya selalu diupdate, dilakukan iterasi terus menerus sampai mencapai error yang diinginkan. Jikalau belum mencapai error tertentu maka proses kembali pada penginputan citra untuk dilatih kembali.

Salah satu metode untuk mencegah terjadinya non-konvergen adalah menginisialisasi bobot awal dengan pola-pola yang sangat mirip dengan pola-pola yang akan dilatihkan (input pattern). Dengan cara ini maka jaringan akan dapat belajar secara perlahan mengikuti perubahan input yang ada, yang pada akhirnya didapatkan bentuk pemetaan yang sesuai dengan yang diperlukan oleh jaringan untuk pengenalan pola.

Pada algoritma Kohonen didapatkan node output yang saling berhubungan antara satu node dengan node yang lain, dari hubungan ini maka node yang satu akan mempengaruhi node-node yang lain. Sebelum diberikan input maka daerah keputusan memiliki area yang sangat lebar. Setelah melewati tahapan pelatihan maka luas area dari vektor keputusan akan semakin kecil.

IMPLEMENTASI PERANGKAT LUNAK

Jaringan Kohonen yang digunakan di sini diimplementasi kedalam bentuk perangkat lunak yang dibuat dengan Borland C++. Perangkat lunak yang dibuat terdiri dari tiga modul, yaitu : inisialisasi, modul pelatihan jaringan Kohonen dan modul pengenalan citra.

- Modul Inisialisasi

- Modul Pelatihan Jaringan Kohonen

- Modul Pengenalan Citra

GAMBAR 2

ALUR MODUL PELATIHAN JARINGAN KOHONEN

GAMBAR 3

CITRA INPUT JARINGAN KOHONEN

Jaringan dilatih untuk mengenali pola sebanyak lima belas macam yang meliputi tiga bentuk (kubus, tabung, dan kerucut) dengan masing-masing memiliki lima posisi berbeda (gambar 2). Jaringan dilatih terus menerus sampai error mencapai 0.000001. Setelah proses pelatihan kemudian jaringan dicoba untuk mengenali citra dengan kehadiran variasi noise dan deformasi citra (pergeseran, perbesaran dan pengecilan citra).

HASIL-HASIL UJI

Pengujian jaringan dilakukan dengan diawali pencarian struktur dan parameter jaringan. Setelah didapat struktur dan parameter yang optimal, jaringan kemudian dicoba untuk mengenali citra dengan kehadiran variasi noise dan deformasi citra (pergeseran, perbesaran dan pengecilan citra).

Pencarian Struktur Jaringan

Pada awalnya dilakukan pencarian struktur dan parameter jaringan Kohonen yang optimal untuk kebutuhan pengenalan citra ini. Dengan didapatnya struktur yang optimal, maka diharapkan jaringan akan cepat belajar dan dapat mengenali citra dengan error yang minimum. Dalam pengujian struktur jaringan, dilakukan pencarian beberapa parameter yaitu: jumlah Kohonen map, nilai neighborhood, dan alpha/learning rate.

- Parameter Jaringan Kohonen

Pada pencarian parameter jaringan Kohonen ini dilakukan tiga hal yaitu pencarian jumlah Kohonen maps, nilai neighborhood, dan alpha/learning rate dengan menggunakan input yang tetap 10X10 pixel. Untuk mengetahui benar dan salahnya suatu pengujian maka dengan bantuan jaringan Backpropagation dapat ditentukan kebenaran atau kesalahan pengujian melalui identifikasi output yaitu hasil gambar output pengujian Kohonen merupakan input Backpropagation dan akhirnya Backpropagation akan menyebutkan gambar output dengan penamaan : kerucut, kubus, tabung atau benda asing.

- Jumlah Kohonen Maps

Pada pencarian ini ditetapkan nilai neighborhood dan alpha=0.2. Hasil yang diperoleh yaitu bahwa pada jumlah Kohonen map mempunyai iterasi lebih sedikit untuk mencapai error 0.000001 yaitu 2425 epoch. Didapat bahwa tidak terdapat error kesalahan pengujian.

- Jumlah neighborhood

Untuk pencarian ini ditetapkan jumlah Kohonen maps dan alpha=0.2. Jumlah neighborhood optimal yang didapat adalah 10 yang mana mempunyai iterasi paling sedikit yaitu 3435 epoch untuk mencapai error 0.000001

- Harga Alpha/Learning Rate

Pencarian parameter alpha dilakukan dengan penetapan jumlah Kohonen map, neighborhood. Hasil alpha optimum adalah 0.9 yang mana memiliki iterasi tercepat yaitu 735 epoch .

Selanjutnya dilakukan pengenalan citra dengan diberi deformasi bentuk berupa pergeseran dan pengecilan. Disini ada 8 type pergeseran, yaitu empat type pertama (type 1-4) berturut-turut digeser ke atas, kanan, bawah, kiri sejauh satu pixel dan empat type berikutnya (type 5-8) adalah input citra digeser ke kiri-atas, kanan-atas, kanan-bawah, kiri-bawah sejauh satu pixel.

Hasil uji pengenalan dengan input citra diperkecil sekaligus digeser. Di sini terdapat 4 type pengecilan, yaitu pengecilan citra 50 % dibarengi dengan pergeseran ke empat arah yaitu kiri-atas, kanan-atas, kiri-bawah, kanan-bawah sejauh satu pixel. Hasil yang diperoleh ternyata jaringan lebih bisa mengenali pola daripada hanya dengan pergeseran citra.

Filosofi jaringan Kohonen terinspirasi dari struktur otak manusia yang mana memiliki area-area khusus untuk menyimpan data tertentu, misalkan daerah untuk saraf penglihatan, pendengaran, dll. Maka untuk jaringan saraf tiruan Kohonen juga terdapat pembagian area (maps) sesuai dengan input pelatihan. Setelah jaringan dilatih sampai mencapai error 0.000001, maka didapatkan winner index berbeda untuk setiap bentuk input citra.

KESIMPULAN

Dari percobaan pengenalan citra objek sederhana yang telah dilakukan didapat struktur/parameter jaringan Kohonen yang optimal adalah dengan jumlah Kohonen map, nilai neighborhood dan alpha/learning rate berturut-turut adalah 90, 10 dan 0,9. Jaringan saraf tiruan ini mampu mengenali citra bernoise, namun kurang dapat menangani pergeseran citra. Pada input citra dengan pengecilan sekaligus pergeseran, justru jaringan dapat lebih mengenali.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

METODA SEGMENTASI CITRA RESONANSI MAGNETIK OTAK MENGGUNAKAN SISTEM PENGKODEAN NEUROFUZZY

Segmentasi dari citra resonansi magnit (MRI – Magnetic Resonance Imaging) memberikan informasi fisiologi yang berguna dalam diagnosis patologi demikian juga untuk konstruksi model geometri organ dalam tiga dimensi. Kualitas hasil segmentasi citra tergantung pada citra awal atau data hasil akuisisi. Metoda segmentasi berbasis logika fuzzy telah dikembangkan yaitu segmentasi menggunakan jarak kelompok vektor seperti ISODATA dan segmentasi adaptif dengan Fuzzy c-Means (FCM).

Penggunaan jaringan syaraf tiruan (neural network) dapat diimplementasikan untuk mengatasi kelemahan teknik clustering fuzzy. Kelebihan utama dari penggunaan jaringan syaraf pada pemodelan obyek adalah bahwa jaringan syaraf dapatdisintesiskan tanpa harus membuat rincian atau pengetahuan eksplisit dari proses yang akan dilaksanakan. Penggabungan dari teknologi logika fuzzy dan jaringan syaraf dapat memberikan penyelesaian yang baik dari kelemahan masing-masing teknologi. Pertama, pelatihan jaringan syaraf dapat memberikan cara yang baik untuk mengatur pengetahuan kepakaran dan secara otomatis membuat aturan-aturan dan fungsi-fungsi keanggotaan fuzzy tambahan untuk mencapai suatu spesifikasi tertentu dengan mengurangi waktu dan biaya perancangan.
Prinsip kerja segmentasi neurofuzzy dimulai dengan penentuan ciri dari pola citra masukan melalui dua lapis jaringan. Lapisan pertama adalah lapisan pengkodean yaitu dipergunakan untuk melatih vektor-vektor pencirian yang diperoleh dari citra masukan menggunakan pembelajaran kompetitif. Vektor-vektor ciri kemudian dipetakan dari ruang pencirian ke ruang spasial dengan Self-Organizing Feature Map (SOFM) yang hasilnya digambarkan dalam ruang neuron keluaran berupa ciri-ciri terkode. Lapisan kedua ialah lapisan segmentasi yaitu mencoba mengelompokan ciri-ciri terkode kedalam suatu kelompok kelas menggunakan metoda Fuzzy c-mean clustering (FCM).

PEMETAAN CIRI SWA-ORGANISASI (SOFM)

SOFM adalah teknik pemetaan swa-organisasi jaringan syaraf yang tidak-terselia (unsupervised neural network) yang memungkinkan proyeksi titik-titikmultidimensi ke jaringan dua dimensi.
FUZZY C-MEANS CLUSTERING (FCM)

Pengelompokkan Fuzzy C-Means (FCM) memungkinkan suatu titik data menjadi milik dari beberapa kelas tetapi dengan fungsi keanggotaan yang berbeda. Disini FCM menghitung suatu pengukuran keanggotaan, yang disebut fungsi keanggotaan fuzzy pada setiap piksel citra untuk suatu jumlah kelas-kelas tertentu. Kelebihan dari FCM adalah sederhana dan kemampuannya untuk menghasilkan pendekatan partisi fuzzy pada ruang pencirian.

Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah teknik akuisisi citra non-instrusif dengan berdasar pada sifat-sifat resonansi magnetik dari suatu atom. Himpunan data MRI dari seorang pasien terdiri dari 20 sampai 60 irisan citra sepanjang kepala, dengan tebal irisan antara 1,5 sampai 7 mm. Urutan data MRI disini diakuisisi pada T1-weighted (TR, 500 msec; TE, 15 msec; FOV, 250 mm; matrix, 224 X 256; slice thickness, 5 mm). Jaringan lunak otak manusia teridi dari : gray matter (GM) atau bahan berwarna abu-abu, white matter (WM) atau bahan berwarna putih

dan cerebrospinal fluid (CSF) atau cairan spinal otak. Gambar 3 memperlihatkan penerapan algoritma SOFM dan FCM pada citra magnetik resonansi otak T1-weighted dengan tingkat derau sebesar 3%. Tiga kelas segmentasi telah diperoleh yaitu berhubungan dengan ketegori pengelompokan jaringan lunak otak GM,WM dan CSF.
Gambar 5 memperlihatkan hasil konstruksi dan segmentasi neurofuzzy dengan parameter fuzifikasi q yang berbeda. Kita dapat membandingkan hasil segmentasi GM, WM dan CSF dengan menggunakan parameter fuzifikasi q yang diatur sama dengan 2 dan 3. Pada q=3 terlihat citra segmentasi banyak mengalami pembauran yang menyebabkan citra yang dikontruksi tampak kurang tajam kontrasnya. Hal ini disebabkan intensitas sentroid FCM pada q=3 adalah lebih kecil dibandingkan q=2. Demikian pula pada q=2 kesalahan akar kuadrat rata-rata (RMS) lebih kecil dibandingkan q=3 seperti yang ditunjukkan oleh grafik pada gambar 4. Jadi nilai parameter fuzifikasi q sama dengan 2 memberikan hasil yang terbaik
KESIMPULAN Telah diperlihatkan bahwa sistem pengkodean NeuroFuzzy telah berhasil membagi irisan citra resonansi magnetik otak kedalam tiga kelas yaitu yang berhubungan dengan gray matter (GM), white matter (WM) dan cairan spinal otak (CSF). Keuntungan dari penggunaan pengkodean NeuroFuzzy ini adalah memberikan segmentasi fuzzy secara otomatis tanpa membutuhkan data pelatihan dan dapat mengatasi masalah derau citra dan ketidak rataan intensitas radio frekuensi magnetik. Hasil dari pendekatan NeuroFuzzy dalam klasifikasi otomatis jaringan lunak citra resonansi magnetik ini tergantung dari penentuan jumlah kelas dan proses penyaringan vektor-vektor ciri citra multispektral masukan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

CIRI BERDASARKAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT (WAVELET)

Alihragam gelombang singkat merupakan alihragam yang membawa citra (signal) ke versi pergeseran (shifted) dan penskalaan (scaled) dari gelombang singkat aslinya (mother wavelet). Alihragam gelombang singkat diskrit dapat dilakukan dengan suatu pentapisan bertingkat (cascading filter), yang diikuti dengan pencuplikan (subsampling) dengan pembagian 2. Gambar 9 menunjukkan bagan alihragam gelombang singkat diskrit.











H dan L berturut-turut menyatakan tapis yang meneruskan frekuensi tinggi (High-pass filter) dan tapis yang meneruskan rekuensi rendah (Low-pass filter). menyatakan pencuplikan dengan pembagian 2. Keluaran dari tapis diberikan melalui persamaan berikut.


Elemen aj yang digunakan untuk tahap berikutnya disebut dengan elemen penskalaan dan elemen dj disebut dengan koefisien gelombang singkat, yang merupakan hasil alihragam. Jumlah elemen pada skala j+1 adalah setengah dari jumlah elemen a dan d pada skala j. Hal ini mengakibatkan alihragam gelombang diskrit hanya bisa dilakukan sampai tersisa dua elemen aj (untuk gelombang singkat Haar). Elemen ini disebut koefisien fungsi skala. Untuk jenis gelombang singkat Haar, nilai tapis L = (0.7071, 0.7071), H = (-0.7071, 0.7071). Gambar 10 menunjukkan contoh gambar hasil alihragam gelombang singkat Haar.


a. Citra asli b. Hasil alihragam tingkat 2
Gambar 10. Hasil alihragam gelombang singkat Haar [6].

a. Energi Subband
Ciri-ciri citra hasil alihragam gelombang singkat diskrit dapat diperoleh dengan menghitung energi yang terkandung pada setiap subband. Pada setiap skala, suatu citra terbagi menjadi 4 subband, seperti gambar 11.








Energi setiap subband dapat dihitung dengan rumus berikut.


dengan n menyatakan jumlah titik pada setiap subband [10].
b. Ciri Berdasarkan Pemilihan Koefisien Gelombang Singkat
Koefisien-koefisien yang dihasilkan melalui alihragam gelombang singkat dapat dipilih untuk menjadi ciri suatu citra. Gambar berikut memberikan ilustrasi tentang penentuan ciri suatu citra berdasarkan pemilihan koefisien-koefisien gelombang singkat.


a. Citra Asli b. Citra hasil Alihragam c. Koefisien-koefisien terpilih
Gambar 12. Ciri berdasarkan pemilihan koefisien alihragam gelombang singkat [6].
Pemilihan koefisien dapat didasarkan pada magnitude terbesar dari seluruh koefisien-koefisien suatu citra [8][2][3] atau dari seluruh koefisien pada setiap subband. Penggunakan koefisien-koefisien alihragam gelombang singkat sebagai ciri citra telah terbukti ampuh untuk sistem pencarian citra (image querying)[2][8].

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS